Pura Tua Desa Pedawa: Jejak Sejarah Leluhur Bali Aga

Pura Tua Desa Pedawa, yang terletak di Kabupaten Buleleng, Bali, adalah tempat suci bagi masyarakat Bali Aga yang mempertahankan tradisi leluhur mereka sejak zaman prasejarah. Pura ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol sejarah panjang dan identitas budaya masyarakat setempat. Dengan ritual adat seperti Saba Muja Binih, pura ini mencerminkan hubungan erat antara manusia, alam, dan leluhur, serta berperan penting dalam pelestarian budaya Bali Aga. Masyarakat Desa Pedawa secara aktif terlibat dalam pemeliharaan pura dan upacara adat, menjadikannya pusat kegiatan spiritual dan budaya yang menjaga warisan leluhur di tengah modernisasi.

Sep 9, 2025 - 05:53
Sep 4, 2025 - 21:14
Pura Tua Desa Pedawa: Jejak Sejarah Leluhur Bali Aga
Pura Tua Desa Pedawa(Sumber: Koleksi Pribadi)

Pura Tua Desa Pedawa adalah tempat suci bagi masyarakat desa yang dikenal sebagai Bali Aga, yaitu masyarakat asli Bali yang telah mendiami wilayah ini sejak zaman prasejarah. Bali Aga adalah kelompok masyarakat yang mempertahankan tradisi unik mereka, berbeda dari masyarakat Bali pada umumnya. Mereka dikenal dengan adat istiadat yang kuat dan sistem kepercayaan yang berakar pada harmoni antara manusia dan alam. Tokoh masyarakat seperti Bapak Wayan Surata menjelaskan bahwa leluhur masyarakat Pedawa berasal dari Tamblingan. Karena serangan musuh atau bencana alam, mereka bermigrasi ke berbagai wilayah, termasuk Desa Pedawa. Hingga kini, masyarakat desa terus menjaga warisan leluhur mereka melalui upacara adat dan pemeliharaan pura sebagai pusat spiritual.

Pura Tua Desa Pedawa(Sumber: Koleksi Pribadi)

Pura Tua Desa Pedawa merupakan pusat spiritual sekaligus simbol sejarah panjang desa ini. Lebih dari sekadar tempat ibadah, pura ini menjadi tempat pelaksanaan berbagai ritual adat yang mencerminkan hubungan erat antara masyarakat dengan alam dan leluhur mereka. Salah satu ritual penting yang dilakukan di pura ini adalah Saba Muja Binih, yaitu upacara pemuliaan benih padi yang dilakukan setiap lima tahun sekali. Selain itu, pura ini juga memiliki nilai historis karena dipercaya telah ada sejak zaman megalitikum. Di dalam kompleks pura terdapat beberapa artefak kuno dan situs pemujaan seperti gundukan tanah suci bernama Pengembaraan, yang digunakan untuk memuja Gunung Raung dan Rambut Siwi. Hal ini menunjukkan bahwa pura ini tidak hanya penting secara spiritual tetapi juga memiliki nilai arkeologis.

Keberadaan Pura Tua Desa Pedawa memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat. Pura ini dibangun sebagai tempat suci untuk memuja Tuhan dan leluhur mereka. Selain itu, pura juga menjadi simbol identitas masyarakat Bali Aga yang mempertahankan tradisi leluhur mereka meskipun zaman terus berubah. Upacara-upacara di pura ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Misalnya, dalam Upacara Saba Muja Binih, masyarakat mempersembahkan benih padi sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen sekaligus memohon keberkahan untuk masa depan. Tradisi ini menunjukkan betapa eratnya hubungan masyarakat dengan alam sekitar mereka.

Pura Tua Desa Pedawa(Sumber: Koleksi Pribadi)

Keberadaan pura juga penting untuk melestarikan budaya lokal di tengah modernisasi. Dengan menjadikan pura sebagai pusat kegiatan adat, masyarakat dapat terus menjaga tradisi mereka agar tidak hilang ditelan zaman. Pura Tua terletak di Desa Pedawa, sebuah desa pegunungan di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa ini dikelilingi oleh keindahan alam berupa perbukitan hijau dan udara sejuk khas daerah pegunungan. Lokasinya yang terpencil membuat desa ini tetap terjaga dari pengaruh modernisasi berlebihan sehingga tradisi Bali Aga masih dapat ditemukan dengan jelas.

Desa Pedawa dikenal sebagai salah satu desa tua di Bali bersama dengan desa-desa lain seperti Sidetapa, Tigawasa, dan Cempaga. Keempat desa ini sering disebut sebagai Catur Desa karena memiliki hubungan sejarah dan budaya yang erat. Sejarah Pura Tua Desa Pedawa bermula sejak zaman megalitikum ketika manusia pertama kali menetap di wilayah tersebut. Meskipun tidak ada catatan tertulis mengenai tahun pendiriannya, tradisi lisan menyebutkan bahwa pura ini telah ada sejak masa prasejarah dan terus digunakan hingga saat ini.Salah satu upacara besar yang dilaksanakan di pura adalah Saba Muja Binih, yang dilakukan setiap lima tahun sekali pada Purnamaning Kaulu.Upacara ini menjadi momen penting bagi masyarakat untuk berkumpul dan mempersembahkan rasa syukur kepada Tuhan serta leluhur mereka.

Pura Tua Desa Pedawa(Sumber: Koleksi Pribadi)

Pembangunan dan pemeliharaan Pura Tua dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Desa Pedawa. Mereka secara aktif terlibat dalam setiap aspek kegiatan adat, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan ritual. Dalam upacara Saba Muja Binih misalnya, setiap keluarga membawa persembahan berupa banten galih, yaitu benih padi yang dihias dengan canang burat wangi sebagai simbol kesuburan. Selain itu, tarian sakral seperti Tari Baris dan Tari Rejang dipentaskan sebagai bagian dari rangkaian upacara. Para penari biasanya adalah pemuda-pemudi desa yang dilatih secara khusus untuk menjaga kesakralan tarian tersebut.

Pura Tua Desa Pedawa bukan hanya tempat ibadah tetapi juga simbol sejarah panjang dan identitas budaya masyarakat Bali Aga. Keberadaannya mencerminkan hubungan erat antara manusia dengan alam serta komitmen masyarakat untuk melestarikan tradisi leluhur mereka. Bagi para wisatawan atau peneliti budaya, mengunjungi Pura Tua Desa Pedawa adalah kesempatan untuk menyaksikan langsung bagaimana tradisi kuno tetap hidup di tengah modernisasi. Dengan kekayaan sejarahnya serta keunikan budaya yang dimiliki, Pura Tua Desa Pedawa layak menjadi salah satu destinasi wisata budaya unggulan di Bali.