Pura Ulun Danu Bratan: Kuil di Tengah Danau dan Keharmonisan dengan Alam
Raja Mengwi pendiri Pura Ulun Danu Beratan I Gusti Agung Putu. Terdapat sebuah perjalanan spiritual yang menonjol di tengah perairan yang tenang dan indah Danau Beratan. Pura Ulun Danu Beratan, dengan kemegahan arsitektur dan kecantikan alam yang mempesona, telah menjadi ikon wisata yang mendalam.
Sekilas tersirat dalam Lontar Babad Mengwi, Secara Historis Pura Ulun Danu Beratan dibangun oleh I Gusti Agung Putu raja puri Mengwi pertama pada Tahun Saka 1556 dan diempon oleh Empat Satakan dari Desa Adat di sekitar Pura yang terdiri dari; Gedog Pesatak Candikuning, Gedog Pesatak Baturiti, Gedog Pesatak Antapan, Gedog Pesatak Bangah. Saat raja Mengwi yaitu I Gusti Agung Putu mengalami kekalahan dalam perang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. Dalam kekalahannya I Gusti Agung Putu melakukan tapa semadi di puncak Gunung Mangu untuk memohon pencerahan dan kesaktian, setelah berkat tersebut didapatkan beliau bangkit dan mendirikan istana Belayu (bela ayu) dan kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng, dan berhasil dengan kemenangan, setelah kemenangan tersebut raja mendirikan Pura di tepi Danau Beratan dan sekarang Bernama Pura Ulun Danu Beratan.
Pura Ulun Danu di Danau Beratan Bedugul dari uraian sejarah kerajaan Bali tempo dulu, seperti dikutip dalam lontar Babad Mengwi, bahwa di kawasan ini terdapat dua peninggalan sejarah yaitu sarkopagus dan juga papan batu yang berasal dari jaman Megalitikum. Sehingga terbilang sudah cukup kuno dan tua, berasal dari tahun 500 SM. Kedua artefak tersebut sekarang diletakkan di dalam pura.
Keindahan Arsitektur Pura Ulun Danu Beratan Pura Ulun Danu Beratan adalah simbol keindahan arsitektur tradisional Bali. Terdiri dari beberapa kompleks kuil yang terletak di sepanjang danau Beratan. Struktur utamanya adalah Meru Utama, yang memiliki bentuk seperti pagoda dan menjadi ikonik dengan tiga tingkat atap yang indah. Atap-atap ini dihiasi dengan ukiran dan warna yang memukau, mencerminkan budaya dan kepercayaan Hindu.
Kuil pada Pura Ulun Danu ini memiliki tiga landasan utama yang melambangkan gunung dan danau suci. Bangunan ini dibangun dengan menggunakan batu vulkanik hitam dan abu vulkanik putih, menciptakan kontras visual yang memukau. Setiap detail arsitekturnya begitu halus dan rinci, menjadikan kuil ini sebagai daya tarik utama bagi penggemar seni arsitektur.
Beberapa Lontar menyebutkan Pura Ulun Danu Beratan menjadi tempat pemujaan kepada Sang Hyang Widhi dalam prabawanya sebagai Dewa Kemakmuran. Pura ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan dewi yang bersemayam di Danau Beratan, Yaitu Dewi Laksmi - yang merupakan dewi kesuburan dan keindahan. Saat ini Pura Ulun Danu menyandang status Pura kahyangan Jagat karena keberadaannya Danau Beratan sebagai sumber air bagi irigasi pertanian untuk areal sekitar. Yaitu Pura umum tempat persembahyangan umat Hindu dari lintas daerah, golongan dan profesi.
Pura Ulun Danu Beratan (Sumber : Koleksi Pribadi)
Pura Ulun Danu Beratan terdiri atas lima kompleks Pura dan 1 buah Stupa. Diantaranya Pura Penataran Agung yang dimana Pura ini dapat dilihat setelah memasuki Candi Bentar menuju Beratan. Pura ini ditujukan untuk memuja Tri Purusha Siwa yaitu Siwa, Sadha Siwa dan Parama Siwa.
Pura Dalem Purwa yang didalamnya terdapat tiga pelinggih utama yaitu Pelinggih Dalem Purwa sebagai tempat persemayaman Bhatari Durga dan Dewa Ludra yang dipuja sebagai sumber kemakmuran, Bale Murda Manik sebagai balai pemaruman dan Bale Panjang sebagai tempat meletakkan upakara. Pelinggih yang terdapat di Pura ini menghadap timur, berada di tepian danau Beratan sebelah selatan.
Pura Taman Beiji yang difungsikan untuk upacara ngebejiang (menyucikan sarana upacara) dan memohon tirta suci dari danau beratan (air). Tidak hanya itu Pura ini juga difungsikan sebagai tempat melasti oleh masyarakat sekitar. Letak pura ini di sisi timur Hotel Enjung Beji.
Pura Lingga Petak inilah yang sesungguhnya terpapar jelas dalam pecahan uang Rp 50.000,- pada Pura Lingga Petak terdiri dari tiga tingkat yang di dalamnya terdapat sebuah sumur keramat yang menyimpan Tirta Ulun Danu. Tidak hanya itu, dalam Pura ini juga terdapat lingga yang berwarna putih. Diapit batu hitam dan merah. Pura ini diyakini sebagai sumber utama air dan kesuburan Danau Beratan. Ada dua peinggih dalam Pura ini yaitu Pelinggih Meru Tumpang Solas yang menghadap ke arah selatan dan Pelinggih Meru Tumpang Telu, memiliki empat pintu yang menghadap empat arah mata angin.
Pura Prajapati Terdapat pohon beringin besar sebagai penanda. Pura ini difungsikan sebagai istana Bhatari Durga. Pelinggih yang menghadap barat ini menjadi yang pertama ditemui sesaat setelah pengunjung melewati ticket box dan masuk ke area Danu Beratan.
Stupa Budha di Ulun Danu Beratan juga terdapat satu Stupa Budha. Stupa Budha disini menandakan adanya makna keselarasan dan harmoni beragama. Stupa ini menghadap selatan dan terletak di luar area utama kompleks Pura Ulun Danu Beratan.
Setiap kompleks Pura memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda, seperti Pura Penataran Agung untuk memuja Tri Purusha Siwa, Pura Dalem Purwa yang menghormati Bhatari Durga dan Dewa Ludra sebagai sumber kemakmuran, Pura Taman Beiji untuk upacara ngebejiang dan melasti, Pura Lingga Petak yang diyakini sebagai sumber air dan kesuburan Danau Beratan, Pura Prajapati sebagai istana Bhatari Durga, dan Stupa Budha sebagai simbol harmoni beragama.