Sejarah Patung Sang Kala Trisemaya : Simbol Penjaga Bumi di Tengah Kota Denpasar
Sang Kala Trisemaya merupakan salah satu patung yang ada di tengah Kota Denpasar, Provinsi Bali. Patung Sang Kala Trisemaya dipercaya sebagai sosok penjaga bumi yang mampu dan peka terhadap gerak gerik manusia. Patung Sang Kala Trisemaya berjumlah dua buah yang terletak berhadapan di masing-masing sisi Jalan Gajah Mada.
Pulau Bali merupakan pulau yang kaya akan sejarah dan tradisi di dalamnya. Salah satu sejarah atau kisah yang ada di Pulau Bali adalah kisah Sang Kala Trisemaya yang terealisasi dalam bentuk patung di Tengah Kota Denpasar.
Patung Sang Kala Trisemaya merupakan salah satu patung bersejarah yang ada di Pulau Bali tepatnya di Kota Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara. Sang Kala Trisemaya merupakan visualisasi tiga dimensi dari cerita yang ada di dalam Lontar Siwagama. Patung ini berdiri tepat di sisi-sisi Jalan Gajah Mada sehingga terlihat seperti penjaga terhadap orang-orang yang melintas di depannya. Patung Sang Kala Trisemaya ini memiliki sejarah atau kisah yang sangat erat terhadap budaya Hindu.
Tampak Depan Patung Sang Kala Trisemaya (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Patung Sang Kala Trisemaya merupakan sepasang patung yang berwujud raksasa yang ada pada ruas Jalan Gajah Mada yang berdekatan dengan Jembatan Tukad Badung serta berada di depan Pasar Badung. Patung ini memiliki tinggi sekitar 5,7 meter dengan bobot hampir 3,3 ton. Kisah dari patung Sang Kala Trisemaya merupakan hasil perwujudan tiga dimensi dari Lontar Siwagama yang menceritakan mengenai kekhawatiran Sanghyang Trisemaya terhadap Sanghyang Dharmajaya.
Dalam Lontar Siwagama diceritakan bahwa Hyang Batara Guru melakukan yoga dan batinnya terbelah menjadi dua sehingga terlahir Pendeta Muda yang bernama Sanghyang Dharmajaya atau Sang Resi Sidhiwasitadewa. Sanghyang Dharmajaya mengikuti jejak dari Hyang Batara Guru dengan melakukan Yoga Semadi. Energi dari Sanghyang Dharmajaya sangat luar biasa karena memuja Dewa Api sehingga beliau tidak tersentuh, tidak terpengaruh oleh siang dan malam, tidak makan, dan tidak minum.
Tampak Belakang Patung Sang Kala Trisemaya (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Energi yang sangat besar dari Sanghyang Dharmajaya menimbulkan kekhawatiran dari Sanghyang Trisemaya (Brahma, Wisnu, dan Iswara), karena menganggap bahwa Sanghyang Dharmajaya akan menghancurkan dunia. Lalu, Sanghyang Trisemaya pun menampakkan perwujudan yang menakutkan, yakni Sang Kalarudra (Brahma), Sang Kalasambhu (Wisnu) dan Sang Kalamaya (Iswara) yang ketiga perwujudan tersebut dinamakan Sang Kala Tiga. Sang Kala Tiga lalu diberi tugas oleh Sanghyang Trisemaya untuk melenyapkan Sanghyang Dharmajaya.
Pertarungan sengit pun berlangsung, Sang Kala Tiga menyerang Sanghyang Dharmajaya bagaikan singa yang lapar. Sanghyang Dharmajaya diserang secara terus menerus oleh Sang Kala Tiga, namun Sang Dharmajaya tetap tidak gentar dan Sang Kala Tiga pun mulai kewalahan. Melihat hasil pertarungan tersebut, Sang Hyang Trisemaya ikut mengeluarkan kekuatannya namun tetap tidak dapat melenyapkan Sanghyang Dharmajaya.
Tampak Dekat Patung Sang Kala Trisemaya (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Sanghyang Trisemaya akhirnya menemui Hyang Bhatara Guru dan meminta beliau untuk melenyapkan Sanghyang Dharmajaya. Hyang Bhatara Guru lalu menjelaskan bahwa Sanghyang Dharmajaya merupakan perwujudan dari dirinya, sehingga tidak akan dapat dilenyapkan oleh Sanghyang Trisemaya. Namun, agar kemarahan dari Sanghyang Trisemaya hilang, maka Sanghyang Dharmajaya pun diambil kembali hidupnya oleh Bhatara Guru dengan syarat Sang Kala Tiga juga harus dilenyapkan. Sang Kala Tiga pun dilenyapkan oleh Sanghyang Trisemaya dan abunya menjadi Gunung Wiyanggama.
Singkat cerita, dikisahkan bahwa atma atau roh dari Sang Kala Tiga keluar dari gunung dan menyembah Hyang Bhatara Guru. Sang Kala Tiga memohon izin untuk menguasai dunia kepada Bhatara Guru. Hyang Bhatara Guru pun memberikan anugrah kepada Sang Kala Tiga untuk dapat menguasai dunia saat Kali Yuga atau zaman kehancuran berlangsung.
Sepasang Patung Sang Kala Trisemaya di Jalan Gajah Mada (Sumber Foto: Koleksi Pribadi)
Sang Kala Tiga atau Sang Kala Trisemaya melakukan pertapaan sehingga lahirlah beberapa raksasa atau beberapa bagian dari dirinya. Mereka yang lahir dari Sang Kala Trisemaya itulah anugerah dari Bhatara Guru yang akan menyusup ke dunia untuk mengintai gerak gerik manusia. Gerak gerik manusia yang diawasi adalah seperti salah ulah, salah ujar, dan orang yang berbohong.
Berdasarkan kisah tersebut, maka dibuatlah suatu simbol berupa Patung Sang Kala Trisemaya sebagai representasi visual dari Sang Kala Tiga. Patung Sang Kala Trisemaya bertujuan sebagai simbol untuk mengintai gerak gerik manusia, seperti kesalahan perbuatan, kesalahan percakapan, ataupun orang-orang yang berbohong. Patung ini diletakkan tepat di kedua sisi jalan agar mampu mengawasi gerak gerik dari kendaraan ataupun manusia yang melewatinya.