Tangkas, Cepat, dan Cekatan: Lagu Anak “Macepet-Cepetan” sebagai Cerminan Etos Kerja Masyarakat Bali
Lagu anak-anak Bali Macepet-Cepetan menyimpan pesan mendalam di balik kesederhanaannya. Bukan sekadar hiburan, lagu ini merefleksikan nilai ketangkasan, kecepatan, dan kecermatan yang sejak lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bali. Melalui lirik yang ringan, lagu ini memperlihatkan bagaimana etos kerja orang Bali ditopang oleh disiplin, kerja keras, dan kebersamaan.

Bali dikenal sebagai pulau dengan budaya yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakatnya, budaya bukan hanya tontonan, tetapi sebagai pedoman dari bangun tidur, bekerja, hingga menjalani upacara adat. Menariknya, nilai-nilai budaya ini tidak hanya diajarkan lewat upacara besar, tetapi juga melalui hal sederhana seperti lagu anak-anak yang disebut gending rare.
Guru dan anak-anak sedang bernyanyi, Ilustrasi AI (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)
Gending rare atau sekar rare adalah lagu tradisional Bali untuk anak-anak dengan lirik sederhana, nada ringan, dan mudah diingat. Fungsinya bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana pendidikan moral, etika, dan semangat hidup yang ditanamkan oleh orang tua ataupun guru. Gending rare ini sering muncul di keseharian masyarakat bali, contohnya saat anak-anak bermain, saat ditidurkan, atau saat mereka berkumpul bersama teman.
Di antara sekian banyak gending rare, Macepet-Cepetan menjadi salah satu yang paling menonjol. Dengan irama cepat, lirik singkat, dan nuansa ceria, lagu ini kerap dinyanyikan anak-anak baik di rumah, sekolah, maupun di desa. Dalam festival budaya, lagu ini juga sering dibawakan sebagai bentuk pelestarian tradisi. Liriknya berbunyi:
Jalan jani macepet-cepetan
Jalan jani macepet-cepetan
Nanging limane tusing dadi matiang
Sajaba ento makejang dadi
Nyen ja kalah lakar gedig
Sekilas liriknya sederhana, tetapi sebenarnya mengandung ajakan untuk bergerak cepat, sigap, dan kompak bersama teman.
Anak-anak sedang bermain dengan bergerak cepat, Ilustrasi AI (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)
Di balik kesederhanaannya, lagu ini menyimpan pesan yang mendalam. Kata “macepet-cepetan” menggambarkan ajakan untuk bergerak cepat dan tangkas, tetapi diimbangi dengan pesan “nanging limane tusing dadi matiang” (tetapi jangan sampai tangan terluka). Hal ini menegaskan bahwa kecepatan saja tidak cukup, melainkan harus disertai ketelitian. Pada lirik terakhir “nyen ja kalah lakar gedig” (siapa yang kalah akan mendapat hukuman) memberikan penekanan bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, sehingga ketekunan dan kesungguhan dalam melakukan sesuatu sangat diperlukan. Pesan ini bukan sekadar tentang bermain, melainkan gambaran nyata bahwa kerja keras membawa hasil, sedangkan kelalaian mendatangkan kerugian.
Petani Bali yang bekerja dengan sigap, Ilustrasi AI (Sumber Photo: Koleksi Pribadi)
Masyarakat Bali dikenal punya etos kerja yang tangkas, cekatan, disiplin, dan selalu mengutamakan kebersamaan. Hal ini juga tercermin dalam lagu Macepet-Cepetan. Liriknya mengingatkan pada petani Bali yang harus sigap mengikuti musim tanam dan panen supaya hasilnya baik. Lagu ini juga sering dinyanyikan anak-anak saat bermain atau belajar, sambil menanamkan kebiasaan untuk bergerak cepat dan tidak menunda pekerjaan.
Nilai kebersamaan yang diajarkan lagu ini terasa mirip dengan suasana saat persiapan upacara adat, di mana semua orang punya peran dan hanya dengan kerja sama upacara bisa berjalan lancar. Dengan irama cepatnya, lagu ini membiasakan anak-anak hidup dalam ritme yang teratur, yang nantinya berkembang jadi sikap disiplin dan produktif. Karena itu, Macepet-Cepetan bukan hanya lagu anak, tapi juga cara sederhana masyarakat Bali mewariskan semangat kerja keras, kebersamaan, dan ketangkasan sejak dini.
Daftar Pustaka:
Arnaiz, T. (2021, December 17). Lagu-Lagu Daerah Bali dan Maknanya bagi Masyarakat Bali. Bobo.Id.
Brata, I. B. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Gending Rare sebagai Upaya Melestarikan Kearifan Lokal Bali. Diakronika, 50–65.