Tersembunyi dalam Waktu: Memahami Desa Tanjung Benoa dalam Sejarahnya

Desa Tanjung Benoa terletak pada ujung kaki Pulau Bali, di sebelah selatan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Pada tahun 1546 wilayah pantai Tanjung Benoa merupakan pelabuhan kecil yang biasa dikenal dengan nama Benua.

Sep 9, 2023 - 21:22
Sep 9, 2023 - 23:12
Tersembunyi dalam Waktu: Memahami Desa Tanjung Benoa dalam Sejarahnya
Desa Adat Tanjung Benoa (Sumber : Koleksi Sendiri)

Bali merupakan salah satu wilayah yang sangat banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Bali sangat terkenal dengan tempat wisatanya yang sangat beragam, salah satunya adalah tempat wisata olahraga air atau yang biasa disebut dengan water sport. Salah satu wilayah di Bali yang menjadi pusat wisata olahraga air terbesar di Bali adalah Desa Tanjung Benoa. 

Pura Desa Lan Pura Puseh Tanjung Benoa (Sumber: Koleksi Sendiri)

Secara geografis, Desa Tanjung Benoa terletak pada ujung kaki Pulau Bali, di sebelah selatan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, yang bernama Desa Adat Pakraman Tanjung Benoa. Tanjung Benoa berbentuk kelurahan yang terdiri dari 6 banjar, diantaranya Banjar Purwa Santi, Banjar Tengah, Banjar Kertha Pascima, Banjar Anyar, Banjar Panca Bhineka, dan Banjar Tengkulung. Di Desa Tanjung Benoa terdapat Pura Kahyangan Tiga yakni Pura Desa dan Puseh terletak berdekatan dengan Catus Pata Desa Adat Tanjung Benoa yang berada di tengah-tengah desa, Pura Dalem Kahyangan yang terletak di sebelah barat desa. Selain Pura Kahyangan Tiga, terdapat pula Pura Dalem Ning dan Pura Taman Beji yang terletak di sebelah utara desa, Pura Segara di sebelah timur desa dan Pura Taman Sari terletak di sebelah selatan desa. Di Desa Tanjung Benoa tidak hanya terdapat tempat suci umat Hindu, tetapi terdapat pula tempat suci Masjid bagi penduduk yang beragama Islam dan tempat suci Vihara bagi penduduk China (Tionghoa).

Klenteng Caow Eng Bio (Sumber : Koleksi Sendiri)

Asal usul Desa Tanjung Benoa menurut sejarah, pada tahun 1546 wilayah pantai Tanjung Benoa merupakan pelabuhan kecil yang biasa dikenal dengan nama Benua. Pada zaman dahulu Pelabuhan Benua digunakan sebagai tempat perdagangan atau transaksi jual beli keramik dan hasil bumi lainnya oleh masyarakat Bali dengan para pedagang dari China (Tionghoa). Lama kelamaan, banyak warga dari China (Tionghoa) yang sudah terbiasa melakukan proses transaksi jual beli dengan penduduk asli Bali, akhirnya menetap di Desa Tanjung Benoa. Dengan banyaknya warga dari China yang menetap di Desa Tanjung Benoa, akhirnya terbentuklah sebuah perpaduan atau akulturasi antara dua keragaman suku dan budaya di Desa Tanjung Benoa. Salah satu yang menjadi bukti bahwa warga dari China (Tionghoa) sudah lama menetap di Desa Tanjung Benoa yaitu dengan adanya Klenteng Caow Eng Bio, yang merupakan klenteng tertua di Bali. Klenteng ini didirikan pada tahun 1548 dan terletak di sebelah utara Desa Tanjung Benoa yang berdekatan dengan Pura Dalem Ning.

Selain itu, di Desa Tanjung Benoa juga terdapat sebuah masjid bagi para penduduk yang beragama Islam yang bernama Masjid Jami’ Mujahidin. Di desa Tanjung Benoa sangat menjunjung tinggi nilai persatuan dan toleransi. Karena bukan hanya penduduk yang beragama Hindu atau penduduk asli Bali saja bertempat tinggal disini, tetapi adapula yang biasa disebut dengan Kampung Jawa. Kampung Jawa ini merupakan tempat tinggal bagi penduduk yang beragama Islam dan wilayahnya sangat berdekatan dengan Masjid Jami’ Mujahidin. Sangat beraneka ragam adat dan budaya di Desa Tanjung Benoa, oleh sebab itu maka terbentuklah sebuah akulturasi atau perpaduan dari penduduk asli Bali, penduduk yang beragama Islam dan penduduk China (Tionghoa).

Bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari saja seluruh penduduk di Desa Tanjung Benoa menjunjung tinggi nilai toleransi, tetapi pada saat penggelaran hari raya ataupun adanya upacara adat, seluruh masyarakat disini tetap menjaga keamanan dan kelancaran upacara tersebut. Seperti pada saat Hari Raya Nyepi, tidak hanya penduduk asli Bali saja yang mengikuti pementasan ogoh-ogoh, tetapi penduduk yang beragama Islam dan penduduk China pun turut serta dalam pementasan ogoh-ogoh. Pada saat Hari Raya Idul Fitri ataupun Hari Raya Imlek, penduduk asli Bali juga turut serta dalam menjaga keamanan dan kelancaran acara tersebut, seperti para pecalang yang berjaga di sekitaran Masjid dan Klenteng.

Matahari Terbenam dan Beberapa Perahu (Jukung) di Pantai Tanjung Benoa (Sumber : Koleksi sendiri)

Selain dengan adanya akulturasi adat dan budaya, di Desa Tanjung Benoa juga sangat terkenal akan keindahan dan kecantikan pantainya terutama pada saat sore hari ketika matahari akan terbenam. Beberapa pantai disini juga menyediakan boat atau perahu (jukung) untuk memancing dan berkeliling di wilayah pantai Tanjung Benoa serta disini juga menyediakan wisata olahraga air atau biasa disebut dengan Water Sport.