Kisah Bhagawan Parashurama, Brahmana yang bertekad membantai seluruh ksatria di dunia demi membela Dharma
Bhagawan Parashurama, nama beliau tentunya sudah tidak asing untuk kita dengarkan terlebih lagi beliau merupakan salah satu dari kesepuluh Avatara ataupun reinkarnasi dari Dewa Wisnu dimana Parashurama digambarkan sebagai seorang brahmana dengan watak ksatrianya yang kuat dengan memiliki tekad untuk berkeliling dunia ini demi membasmi seluruh ksatria yang ada di dunia sebanyak 21 kali! Mengapa beliau sebagai perwujudan dari Dewa Wisnu sampai turun ke bumi sebagai Parashurama untuk membasmi seluruh ksatria tersebut? Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita simak kisah dari Bhagawan Parashurama berikut ini.
Kisah dimulai dengan Renuka yang merupakan istri dari Rsi Jamadagni, yaitu merupakan seorang Rsi terkenal dari Dinasti Bhrigu. Renuka mempunyai putra empat orang akan tetapi seluruh putranya tersebut bukan merupakan seseorang yang mempunyai karakter ksatria. Padahal Satyawati, ibu mertuanya menceritakan bahwa kelak Renuka akan memiliki seorang putra dan putranya tersebut akan menjadi seorang brahmana yang mempunyai karakter seorang ksatria sejati. Pada saat itu Renuka mengandung calon putra yang kelima, para rsi kemudian datang menyampaikan berita bahwa putranya akan menjadi brahmana yang bersifat ksatria dan akan membersihkan dunia dari para ksatria yang telah banyak melakukan tindakan kejam pada masa tersebut. Beberapa waktu kini berlalu dan putra kelima dari Renuka lahir lalu ia diberi nama Rama, yang bermakna Dia Yang Berada di Mana-Mana. Setelah besar dia dikenal sebagai Parashurama, karena dia bersenjatakan “Parashu” yang berarti kapak. Sejak kecil sudah diramalkan para resi bahwa dia adalah awatara, Sang Pemelihara Alam yang mewujud untuk menegakkan dharma.
Bhagawan Parashurama (Sumber Foto : Pujangga Nagari Nusantara)
Kisah berlanjut dengan seorang raja kuat dan termasyur dari dinasti Hayhaya yang beribukota di Mahismati bernama Kartawiryarjuna. Kartawiryarjuna merupakan seorang raja yang kuat dan memiliki kesaktian, karena mendapatkan anugerah langsung berkat pertapaannya kepada Dattatreya yang merupakan “Amsa” dari Dewa Wisnu. Dikenal sebagai Sahasrarjuna, karena kesaktiannya dia dianggap mempunyai “sahasrara”, yaitu kekuatan untuk memiliki seribu lengan pada dirinya. Pada suatu hari raja Kartawirya dijamu dengan banyak hidangan mewah oleh Rsi Jamadagni berkat keajaiban sapi Kamadhenu saat ia beserta pasukannya mendatangi kediaman Jamadagni. Melihat keajaiban dari sapi Kamadhenu yang dimiliki oleh Rsi Jamadagni, sesampai di istana dia mengutus pasukannya untuk mengambil paksa sapi Kamadhenu dari tangan Rsi Jamadagni. Parasurama yang mendengar hal tersebut langsung membawa kapaknya dan membunuh sang raja serta para prajurit yang melindunginya.
Rsi Jamadagni kemudian berkata pada Parashurama, “Putraku, tindakanmu akan disalahpahami sebagai seorang yang beringas, mudah membunuh. Padahal aku tahu alasanmu. Seorang raja yang sering melakukan kejahatan besar, kalau dibiarkan hidup terlalu lama, maka perbuatannya akan semakin parah. Dalam kehidupan mendatang dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, sehingga hidupnya akan sangat sengsara. Pembunuhan yang kau lakukan adalah pembunuhan penuh kasih. Agar hutang sang penjahat sudah terbayar dengan kematiannya di dunia. Selain itu dengan dibunuhnya para raja yang jahat, maka masyarakat yakin adanya keadilan, bahwa kejahatan apa pun akan dikalahkan. Pandangan hidupmu akan sering disalahpahami. Bahkan mungkin saja kau punya alasan sendiri yang tidak kuketahui. Karena kau adalah Sang Pemelihara Alam yang mewujud untuk menegakkan dharma.” Rsi Jamadagni kemudian minta agar Parashurama melakukan tirtayatra ke semua sungai suci selama satu tahun.
Setelah selesai melaksanakan kegiatan tirtayatra sesuai dengan perintah ayahnya tersebut dia pun pulang ke rumah. Renuka, pada suatu hari mengambil air di sungai dan dia melihat Gandharwa Citrasena yang sangat tampan sedang bermain air dengan istrinya. Renuka terpesona sampai agak lama berada di sungai. Sepanjang jalan dalam pikirannya hanya terbayang ketampanan sang gandharwa. Penyebab keterlambatan Renuka pulang ke rumah diketahui oleh Rsi Jamadagni. Rsi Jamadagni ingin segala sesuatu segera diselesaikan di kehidupan ini. Obsesi yang tidak selesai di dunia ini akan menyebabkan seseorang lahir lagi untuk mengejar obsesi tersebut. Rsi Jamadagni segera menyuruh putra-putranya untuk membunuh Renuka namun semua putranya ragu-ragu untuk melaksanakannya. Kemudian Rsi Jamadagni berpaling ke Parashurama, “Parashurama bunuh ibumu dan saudara-saudaramu semuanya”. Lalu Parashurama kemudian melakukan perintah ayahnya dengan membunuh ibunya sendiri serta seluruh saudaranya dan Rsi Jamadagni kemudian berkata, “Aku senang kau patuh pada perintah yang kuberikan dan yakin pada kebijaksanaan ayahanmu. Sekarang kau minta anugerah apa pun kau akan kuberi.” Parashurama menjawab, “Ayah aku minta anugerah untuk menghidupkan mereka semuanya dan begitu mereka bangun mereka lupa tentang apa yang telah terjadi kepada mereka sebelumnya.” Rsi Jamadagni kemudian menyetujui permintaan Parashurama dan kemudian kini Renuka beserta saudara-saudara Parashurama dapat kembali hidup dan mereka melupakan seluruh peristiwa yang baru saja terjadi.
Pada suatu ketika sebuah kejadian buruk yang tidak dapat disangka menimpa sang Rsi Jamadagni, Dimana saat Parashurama bersama saudara-saudaranya ke hutan, para putra Kartawiryarjuna mendatangi kediaman dari Rsi Jamadagni untuk membunuh Rsi Jamadagni demi membalaskan dendam atas kematian ayah mereka, setelah selesai membunuh Jamadagni dengan menebas kepalanya mereka kemudian kabur dengan menggunakan kuda. Mengetahui hal tersebut Parashurama kemudian mengambil senjata miliknya dan membunuh semua putra-putra Kartawiryarjuna dan setelah itu Parashurama bertekad bahwa ia akan mulai membinasakan seluruh ksatria yang ada di muka bumi ini karena mereka telah banyak melakukan hal yang menyimpang dari konsep ajaran Dharma. Semua raja dan ksatria di dunia dibunuh olehnya dan konon dia berkeliling dunia selama 21 kali. Darah para raja dan kesatria dikumpulkan pada lima danau yang disebut Samantapancaka yang terletak di dekat padang Kurukshetra yang nantinya akan menjadi medan pertempuran Bharatayuda.
Perjalanan Parashurama Menghabisi Seluruh Ksatria (Sumber Foto : Pujangga Nagari Nusantara)
Ada sebuah legenda serta kisah yang menyatakan bahwa pada suatu ketika Parashurama berniat untuk menemui Shiwa, akan tetapi jalannya dihadang oleh Ganesha yang merupakan putra dari Shiwa. Parashurama melemparkan kapaknya ke arah Ganesha dan Ganesha setelah tahu bahwa kapak tersebut adalah pemberian Shiwa, ayahnya maka dia membiarkan salah satu taringnya patah terkena kapak tersebut. Kemudian Parwati, ibu Ganesha marah dan mengutuk bahwa Parashurama tidak akan pernah puas membunuh para ksatria, selalu haus darah para ksatria. Kemudian Shiwa keluar dan menenangkan Parwati. Parashurama kemudian mohon maaf kepada mereka semua dan menghadiahkan kapaknya kepada Ganesha, sehingga kita sampai saat ini melihat arca Ganesha dengan salah satu taring patah dan memegang kapak keilahian.
Meskipun jumlah ksatria yang mati dibunuh Parasurama tidak terhitung banyaknya, namun tetap saja masih ada yang tersisa hidup, Diantaranya adalah para ksatria dari Dinasti Surya yang berkuasa di Kerajaan Ayodhya dimana salah seorang keturunan dinasti tersebut adalah Sri Rama. Parashurama mendatangi istana Mithila untuk menantang Sri Rama yang telah berhasil mematahkan busur Shiwa dan berhak memperistri Dewi Sita. Sri Rama dengan kelembutan hatinya berhasil meredakan kemarahan Parasurama yang kemudian kembali pulang ke pertapaannya. Ini merupakan peristiwa bertemunya sesama Awatara dari sang Dewa Wisnu. Peran Parashurama sebagai Awatara Wisnu pun telah berakhir dan dia sebagai hidup Chiranjiwin, yang dikaruniai umur panjang dan akan muncul kemudian pada kisah Mahabharata. Parashurama memimpin perubahan dalam dunia, dia berdiri di depan dan sering disalahpahami. Dalam diri manusia juga ada potensi Parashurama, ketegasan dia terhadap adharma perlu dibangkitkan. Ketegasan untuk menaklukkan ego, sang raja lalim dalam diri, yang mau menang sendiri.