Nyepi Kasa : Tradisi Nyepi dua kali Setahun di Desa Buahan Payangan
Nyepi Kasa adalah sebuah tradisi unik yang diadakan dua kali setahun di Desa Buahan, Payangan. Tradisi ini merupakan bagian integral dari budaya Hindu-Bali yang diwariskan dari generasi ke generasi. Puncak acara Nyepi Kasa adalah saat semua penduduk desa berkumpul untuk melakukan meditasi dan introspeksi bersama, mempertimbangkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Selama ritual ini, seluruh kegiatan dihentikan, termasuk transportasi dan listrik. Suasana tenang dan hening memenuhi desa, menciptakan momen mendalam bagi warga untuk berkontemplasi dan memperkuat spiritualitas mereka. Nyepi Kasa adalah peristiwa bersejarah yang memperkaya identitas kultural Desa Buahan dan membawa kesadaran akan kearifan lokal serta nilai-nilai spiritual dalam kehidupan modern.
Nyepi Kasa adalah sebuah perayaan sakral dalam budaya Bali yang berlangsung sebulan sebelum Hari Raya Nyepi. Biasanya diadakan di desa adat (desa tradisional) di Desa Buahan di Payangan. Acara ini merupakan persiapan spiritual dan mental menjelang Nyepi, atau Hari Raya Tahun Baru Saka. Selama Nyepi Kasa, masyarakat Desa Buahan Payangan akan mengadakan serangkaian upacara dan ritual. Rangkaian upacara Ini meliputi prosesi ke pura untuk bersembahyang, membawa sesajen, serta mengikuti tari-tarian dan musik yang khas. Masyarakat juga akan membersihkan dan mendekorasi pura dengan indah sebagai bagian dari persiapan.
Selain itu, Nyepi Kasa juga menjadi momen di mana masyarakat saling bersilaturahmi dan berbagi kegembiraan. Mereka bisa berbincang-bincang, berkumpul, dan menguatkan hubungan sosial di antara tetangga dan keluarga. Perayaan ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, spiritualitas, dan penghormatan terhadap tradisi adat. Bagi masyarakat Desa Buahan Payangan, Nyepi Kasa adalah waktu yang sangat penting untuk mempersiapkan diri secara rohani dan memperkuat ikatan komunitas sebelum memasuki masa refleksi dan introspeksi yang lebih mendalam pada Hari Raya Nyepi itu sendiri.
Nyepi Kasa berbeda dengan Nyepi pada umumnya. Karena hanya dilaksanakan secara lokal di satu desa saja. Untuk melaksanakan nyepi kasa ini mereka harus menutup jalan utama desa, yang sehari-harinya digunakan sebagai akses warga yang ingin menuju Kawasan Kintamani.
kondisi jalan saat nyepi kasa di desa Buahan, Payangan( sumber : koleksi pribadi )
Sejarahnya, pada suatu masa di zaman dulu kala Desa Buahan mengalami grubug atau juga dikenal dengan wabah. Banyak warganya yang meninggal, tiba-tiba sakit tanpa sebab yang jelas dan hal buruk lainnya. Warga berinisiatif meminta pertolongan pada Dewa dan singkat cerita doa mereka dikabulkan. Desa Buahan payangan akhirnya terbebas dari bencana grubug ini. Tapi sebagai gantinya, mereka harus melaksanakan Nyepi Kasa setiap bulan pertama dalam sistem kalender Bali. Kasa berarti pertama dalam bahasa Bali.
Keunikan Nyepi Kasa ini justru terjadi pada upacara yang berlangsung sehari sebelumnya, pada 7 Juli 2013 saat Tilem. Mereka memulainya sekitar jam 7 pagi dengan memepersembahkan satu anak sapi yang dibiarkan berjalan sambil ditusuk tubuhnya. Sapi itu meneteskan darah sepanjang perjalanan. Daging dari godel atau anak sapi ini nantinya akan dibagi-bagikan pada sekitar 345 kepala keluarga Desa Buahan.
Upacara selanjutnya pada sore hari sekitar pukul 5 di Pura Dalem Jemeng, Desa Buahan. Upacara ini bernama Jorogan, yaitu saling dorong mendorong berebut banten. Sambil menanti upacara dimulai, warga biasanya membawa ayam aduan mereka untuk bermain di arena yang berada di salah satu bale besar didalam Pura Dalem. Beberapa Pemangku mulai datang, menyiapkan banten dan mantra-mantra untuk upacara. Mereka memimpin persembahyangan, diikuti puluhan perempuan usia remaja hingga paruh baya yang antusias menunggu “Jorogan”.Belum selesai Pemangku memercikkan tirta sebagai tanda persembahyangan usai, beberapa dari mereka sudah mengambil posisi strategis. Tidak lama, mereka berhamburan, saling mendorong, berdesakan tapi juga tertawa meski kondisinya terhimpit atau hanya mendapat potongan kecil banten.
Warga diharapkan melaksanakan Catur Brata Penyepian, yang berarti tidak menghidupkan api, tidak bepergian, tidak bersenang-senang dan tidak bekerja. Tapi warga masih dimaklumi saat memakai kendaraan saat mengantar kerabatnya yang sakit, atau berjalan kaki keluar rumah untuk yang sekolahnya diluar desa. Meskipun di luar itu masih ada beberapa warga yang berjalan-jalan keluar rumah. Setelah 12 jam yang dimulai sekitar pukul 6 pagi sampai akhirnya terlihat bintang di langit, sekitar pukul 7 barulah Nyepi Kasa ini selesai. Barikade yang dipasang di batas desa mulai dibuka dan kegiatan desa berjalan normal kembali.
Tradisi Nyepi Kasa di Desa Buahan, Payangan, menunjukkan sebuah perayaan yang kaya akan nilai-nilai budaya dan spiritual. Dalam tradisi ini, masyarakat menghormati dan memberikan penghormatan kepada leluhur mereka serta mengenang jasa-jasa mereka dalam membangun dan memelihara desa. Ritual membersihkan pura dan mengadakan upacara keagamaan menggambarkan rasa hormat dan rasa syukur kepada Tuhan. Secara keseluruhan, tradisi Nyepi Kasa di Desa Buahan, Payangan, merupakan bentuk pelestarian warisan budaya yang sangat berharga. Melalui perayaan ini, generasi muda dapat memahami dan menghargai kekayaan budaya serta spiritualitas yang telah diteruskan oleh leluhur mereka.