Pura Dalem Pengalasan dengan Ritual Pernikahan Gaib yang Masih Menjadi Tradisi Sampai Sekarang

Pura Dalem Pengalasan di Padangsambian, Denpasar, merupakan pura tertua yang melestarikan tradisi sakral Ngambil Rabi, ritual pernikahan gaib Ida Ratu Agung dengan 18 dewi. Tradisi ini diyakini menjaga keseimbangan sekala-niskala, memperkuat taksu, serta membawa berkah bagi umat. Hingga kini, sebagai bagian dari Sad Kahyangan, pura ini tetap menjadi benteng spiritual di tengah modernitas Denpasar.

Sep 23, 2025 - 06:00
Sep 22, 2025 - 22:13
Pura Dalem Pengalasan dengan Ritual Pernikahan Gaib yang Masih Menjadi Tradisi Sampai Sekarang
Pura Dalem Pengalasan (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pura Dalem Pengalasan dengan Ritual Pernikahan Gaib yang Masih Menjadi Tradisi Sampai Sekarang

Pura Dalem Pengalasan yang berada di Banjar Merta Bhuana, Padangsambian, Denpasar, dipercaya sebagai pura tertua di kawasan tersebut. Keberadaannya bahkan diyakini sudah ada sebelum lahirnya Desa Pekraman Padangsambian. Menurut penuturan Jero Mangku Putu Mudra, pengempon sekaligus pemangku pura, wilayah Padangsambian pada masa lalu hanyalah hutan lebat (alas). Pada masa jayanya, pura ini merupakan bagian dari Kerajaan Padangsambian. Namun, setelah kerajaan melemah, pengelolaan pura diserahkan kepada soroh Pande. Hingga kini, pura tersebut tetap kokoh sebagai saksi sejarah, budaya, dan spiritualitas masyarakat Bali.

Pelinggih Pande (Sumber: Koleksi Pribadi)

Salah satu tradisi unik di Pura Dalem Pengalasan adalah Ngambil Rabi, sebuah ritual pernikahan gaib yang tidak dijumpai di pura lainnya. Tradisi ini berawal dari pengalaman mistis yang dialami para pemangku pura. Beberapa pemangku sering jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa penjelasan medis. Ada yang bahkan lumpuh mendadak, seolah tulangnya patah, meski hasil pemeriksaan menunjukkan tubuhnya sehat. Situasi tersebut mendorong masyarakat melakukan nunas baos, yaitu memohon petunjuk secara niskala. Dari sanalah diyakini bahwa Ida Ratu Agung Dalem Pengalasan, penguasa gaib pura, menghendaki sebuah upacara pernikahan sakral. Ritual ini tidak sekadar kisah mistis, melainkan simbol hubungan kerajaan di alam niskala. Dalam pandangan adat, putra mahkota dan banyu putra dianggap sebagai figur utama keluarga, sementara rabi (istri) dipandang sebagai persembahan suci atau anugerah ilahi yang membawa keseimbangan dan berkah bagi umat.

Masyarakat meyakini bahwa Ida Ratu Agung Dalem Pengalasan telah mempersunting 18 dewi dari berbagai pura di Bali, dengan istri terakhir berasal dari Pura Segara Rupek, Buleleng. Prosesi dilakukan bertahap, mulai dari mapakeling (melamar secara simbolis) hingga upacara puncak yang menyerupai pernikahan manusia. Pihak pura akan nangkil (berkunjung secara niskala) ke pura tujuan untuk melamar sang dewi. Para pemangku berperan sebagai perantara sekala (dunia nyata) dan niskala (dunia gaib). Tradisi ini diyakini memperkuat taksu pura (kekuatan spiritual), menjaga keseimbangan alam, serta membawa keselamatan, rezeki, dan kesembuhan bagi umat.

Ida Ratu Agung Dalem Pengalasan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Selain tradisi Ngambil Rabi, Pura Dalem Pengalasan juga dikenal dengan lima sumber mata air suci yang masing-masing memiliki khasiat berbeda. Yang paling terkenal adalah sumur di jaba pura yang unik karena mengeluarkan aroma harum alami. Air sumur ini mampu membuat nasi berubah kuning keemasan dengan wangi khas saat digunakan untuk menanak. Namun, air suci ini tidak bisa diambil sembarangan. Hanya mereka yang masih bajang (suci) yang diperkenankan menimba, dan itu pun hanya saat pujawali berlangsung. Fenomena lain yang diyakini masyarakat adalah kemunculan kepiting merah di salah satu sumber air. Bila terlihat, hal itu dianggap sebagai pertanda baik, sementara air tempat kepiting muncul dipercaya memiliki khasiat penyembuhan khusus.

 Sumur Jaba Pura (Sumber: Koleksi Pribadi)

Menurut Jero Mangku Putu Mudra, Pura Dalem Pengalasan memiliki hubungan spiritual dengan Pura Petitenget, salah satu pura penting di Bali. Hal ini menunjukkan bahwa Pura Dalem Pengalasan bukan hanya pusat spiritual lokal, tetapi juga bagian dari jaringan pura besar di Bali. Statusnya sebagai Pura Sad Kahyangan menjadikan pura ini terbuka bagi seluruh umat Hindu. Tidak hanya masyarakat Padangsambian, umat dari berbagai daerah termasuk Ubud juga sering datang untuk bersembahyang. Hal ini memperkuat posisinya sebagai benteng spiritual yang menjaga keseimbangan alam sekaligus memberikan perlindungan bagi masyarakat luas.

Pelinggih Lingga Yoni (Sumber: Koleksi Pribadi)

Meski zaman terus berubah, tradisi Ngambil Rabi tetap lestari hingga saat ini. Bagi umat Hindu Bali, ritual ini bukan sekadar seremoni, melainkan simbol keharmonisan sekala-niskala. Pura Dalem Pengalasan menjadi bukti nyata bahwa warisan budaya spiritual mampu bertahan meskipun berada di tengah modernitas Denpasar. Tradisi ini mengajarkan bahwa tidak semua hal bisa dijelaskan logika, tetapi bisa dihidupi dengan keyakinan, dijaga dengan rasa hormat, dan diwariskan lintas generasi. Bagi umat yang berkunjung, pura ini menghadirkan pengalaman religius sekaligus perjalanan batin yang memperlihatkan kearifan lokal Bali: bahwa dunia manusia selalu berdampingan dengan dunia gaib, dan keseimbangan keduanya adalah kunci harmoni.