Rahasia Kekayaan Kemiri : Bijinya yang Kaya Minyak Mengungkapkan Beragam Khasiatnya
Kemiri, juga dikenal oleh warga Bali dengan sebutan ”tingkih”, adalah tanaman yang memiliki biji yang kaya akan minyak dan sering digunakan dalam masakan Asia Tenggara. Minyak kemiri sering digunakan sebagai bahan dasar dalam berbagai saus dan hidangan tradisional. Selain itu, kemiri juga memiliki manfaat dalam pengobatan tradisional dan perawatan kecantikan karena kandungan nutrisi dan lemaknya yang bermanfaat.
Lontar Usada merupakan sebuah teks klasik yang mencakup berbagai metode pengobatan untuk beragam jenis penyakit. Teks ini ditulis pada daun lontar menggunakan bahasa Bali, sehingga sering disebut sebagai Lontar Usada Bali. Terdapat beragam versi Lontar Usada yang sesuai dengan jenis penyakit dan cara pengobatannya.
Kemiri dibahas dalam banyak usadha, salah satunya dalam Usada kuranta bolong yang merupakan Seperangkat ilmu pengetahuan tentang pengobatan dan penyembuhan tradisional Bali terhadap penyakit anak anak balita Rare dengan mempergunakan tanaman/ tumbuh-tumbuhan yang khas berkhasiat obat. (Zoetmulder 1994:513), (Nyoka, 1981:1). Pengobatan dilakukan secara menyeluruh oleh seorang pengusada sesuai dengan panduan pengobatan tradisional, menggunakan campuran ramuan obat yang terbuat dari berbagai jenis tumbuhan dan bahan lain.
Menurut Usada Kuranta Bolong, kemiri merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk mengatasi bisul pada bayi. Dalam dunia medis bisul dalam istilah bayi disebut dengan dermatitis atopic dimana penyebab penyakit ini karena lingkungan dan berkaitan dengan reaksi alergi. Kulit anak menjadi kering gatal kemerahan berbintil-bintil dan berisi cairan setelah digaruk kulit bertambah merah dan membesar kemudian akan berbekas luka seperti keropeng.
Tamba bedas. Sarana : patraning karemere, bawang bang, adas, sembar ikang waneh, sarana : cabe bun, uyah, pipis tampel akene
Dalam Usada Kuranta Bolong juga dijelaskan Obat bayi pedas (bisul) bahannya : kulit pohon kemiri, hati bawang merah, adas, disemburkan pada bengkaknya, kemudian untuk lanjutannya cabai bun, garam, dilumat lalu ditempelkan.
Daun Kemiri (Sumber foto : Koleksi pribadi)
Kemiri, atau Aleurites moluccanus adalah salah satu bahan dapur yang umum dan tidak sulit untuk dijumpai di berbagai wilayah di Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Tanaman kemiri tumbuh subur di daerah tropis, dan pohonnya sering ditemukan di kebun-kebun rumah tangga, perkebunan, serta wilayah pedesaan. Kacang kemiri kupas siap olah memiliki kandungan minyak nabati yang terbilang tinggi, yaitu sekitar 55% hingga 65%. Selain itu, dalam 100 gr biji kemiri, juga terdapat 19 gr protein, 63 gr lemak, 8 gr karbohidrat, 80 mg kalsium, 200 mg fosfor, 2 mg zat besi, 0,06 gr vitamin B, dan 7 gr air.Buah kemiri, yang mengandung biji yang kaya akan minyak, biasanya dapat ditemukan di pasar tradisional dan supermarket. Selain itu, minyak kemiri dan pasta kemiri juga tersedia dalam kemasan siap pakai di berbagai toko bahan makanan dan apotek. Kehadiran yang luas dan ketersediaan yang mudah membuat kemiri menjadi salah satu bahan penting dalam berbagai hidangan tradisional di wilayah ini, dan juga digunakan dalam berbagai produk perawatan kecantikan dan pengobatan tradisional.
Tanaman kemiri memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakannya. Pohon kemiri adalah tanaman berdaun hijau dengan batang pohon yang tegak dan dapat tumbuh cukup tinggi, mencapai ketinggian sekitar 15 hingga 20 meter. Daunnya bersifat lebat dan bersilangan, memiliki ujung tumpul dan tepi bergigi. Buah kemiri berbentuk bulat, berukuran sekitar 3-4 cm dalam diameter, dengan kulit keras dan berwarna hijau ketika belum matang, kemudian berubah menjadi cokelat atau hitam ketika matang. Di dalam buah kemiri terdapat biji yang berisi minyak yang kaya akan lemak dan memiliki tekstur keras.
Salah satu ciri khas paling mencolok dari tanaman kemiri adalah bijinya yang digunakan dalam berbagai masakan. Biji kemiri biasanya berwarna putih atau cokelat muda, dan setelah diolah, biji ini menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan dasar dalam banyak hidangan tradisional di Asia Tenggara. Minyak kemiri memiliki aroma khas yang kuat dan rasanya yang khas, sehingga memberikan rasa yang khas pada hidangan. Selain itu, tanaman kemiri juga memiliki nilai dalam pengobatan tradisional dan perawatan kulit dan rambut karena sifat-sifat nutrisi dan lemaknya yang bermanfaat.
Pohon Kemiri (Sumber foto : Koleksi pribadi)
Biji kemiri merupakan harta karun minyak alami yang terkandung dalam biji tanaman Aleurites moluccanus. Dalam setiap bijinya, terdapat kandungan minyak nabati yang mencapai sekitar 55% hingga 65%. Minyak ini dapat diekstrak dengan berbagai metode, termasuk pengepresan atau ekstraksi dengan pelarut, dan hasilnya adalah minyak kemiri yang sangat berharga. Minyak kemiri ini memiliki beragam manfaat yang menjadikannya bahan penting dalam berbagai bidang. Salah satu manfaat yang paling dikenal adalah untuk perawatan rambut.
Proses pembuatan minyak kemiri dimulai dengan pengumpulan biji kemiri yang telah matang. Biji-biji ini kemudian dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kelembaban yang berlebihan. Setelah biji dikeringkan, mereka dihaluskan atau dihancurkan menjadi bentuk pasta atau bubuk kasar. Selanjutnya, pasta atau bubuk kemiri ini biasanya dipanaskan dan diekstraksi menggunakan metode pengepresan atau pelarutan dengan pelarut tertentu seperti heksana. Proses ekstraksi ini memisahkan minyak dari biji dan menghasilkan minyak kemiri murni. Minyak kemiri yang telah diekstraksi dapat disaring untuk menghilangkan residu atau partikel kasar, dan kemudian disimpan dalam wadah yang kedap udara untuk menjaga kualitasnya. Proses ini menghasilkan minyak kemiri yang siap digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk perawatan rambut, masakan, dan produk perawatan kulit.
Minyak kemiri telah lama digunakan untuk merawat dan menjaga kesuburan rambut. Kandungan lemak sehat dalam minyak ini membantu melembapkan rambut dan kulit kepala, mencegah kekeringan, dan memberikan nutrisi esensial yang dibutuhkan oleh akar rambut. Selain itu, minyak kemiri juga dapat membantu mengatasi masalah rambut seperti ketombe dan rambut kusam. Dengan cara mengoleskannya pada rambut dan kulit kepala secara teratur, minyak kemiri dapat membantu memperkuat helai rambut, mencegah kerontokan, dan menjadikan rambut lebih berkilau dan sehat secara keseluruhan. Dengan demikian, biji kemiri adalah sumber daya alam yang luar biasa untuk menjaga kesehatan dan kecantikan rambut.
Dalam usadha tiwang disebutkan kemiri sebagai salah satu bahan yang digunakan untuk mengobati beberapa tiwang. Yaitu tiwang pamali papasanan, ditandai dengan gejala punggung terasa sakit seperti di tusuk-tusuk dapat diobati dengan gabungan kemiri, daun dan babakan pule, temu tis, sepet-sepet, kelapa dibakar, dan adas yang diolah dengan cara dihaluskan kemudian disembarkan pada bagian yang terasa sakit.
Kemudian tingkih juga dapat mengobati tiwang gurita. Tiwang ini ditandai dengan gejala kaku seluruh lengan dan tungkai, tangan terasa mencengkram seperti gurita. Tiwang gurita dapat di obati dengan gabungan tingkih, daun madori kuning, kesuna, jangu, mesui, trikatuka yang dihaluskan kemudian disembarkan pada bagian yang terasa mencengkram.
Selain tiwang pamali papasanan dan tiwang gurita, tingkih juga dapat digunakan sebagai obat untuk mengatasi tiwang bebai. Tiwang ini ditandai dengan gejala keram di daerah perut, serta bagian di bawah perut terasa sakit seperti sedang di tarik. Tingkih dikombinasikan dengan kapkap, temu tis, dan kelapa dibakar yang digabungkan kemudian disembarkan pada daerah yang terasa keram dapat mengatasi tiwang bebai ini.
Selain dapat bermanfaat dalam masakan dan obat tradisional, tingkih juga dapat dimanfaatkan dalam penyuratan atau penulisan lontar. Nyurat lontar merupakan salah satu tradisi tulis menulis diatas daun lontar secara turun temurun masyarakat Bali yang sudah diwariskan sejak dahulu kala. Fungsi tingkih disini sebagai penghitam dari tulisan yang sudah dibuat menggunakan pengutik diatas daun lontar itu. Tingkih yang digunakan merupakan tingkih yang sudah dibakar sehingga ”puun” atau gosong. Kemudian dioleskan diatas tulisan yang sudah dibuat.