Daun Tuba Jenu: Terapi Alami dengan Daun Tuba Jenu untuk Mengobati penyakit Tiwang Mang

Pengobatan Tradisional Bali mengacu pada tradisi, pengalaman, keterampilan turun-temurun masyarakat Bali, baik yang belum tercatat maupun yang telah terliterasi dalam lontar usada ataupun dalam pendidikan atau pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat Bali. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pengobatan tradisional Bali, dengan mengambil fokus kajian pada pengobatan Tiwang Mang.

Feb 4, 2025 - 14:28
Feb 4, 2025 - 14:44
Daun Tuba Jenu: Terapi Alami dengan Daun Tuba Jenu untuk Mengobati penyakit  Tiwang Mang
Usadha Tiwang Mang (Sumber Photo : Koleksi Redaksi)

Penyakit tidak hanya merupakan gejala biologis semata, melainkan juga memiliki dimensi sosial dan budaya yang signifikan. Proses penyembuhan suatu penyakit tidak hanya bisa dilakukan dengan menangani aspek biologisnya saja, aspek sosial dan budaya juga perlu diperhatikan. Dalam masyarakat umumnya, ketika mencari pertolongan pengobatan, hal tersebut tidak semata karena adanya penyakit yang bersifat patogen, tetapi seringkali akibat kelainan fungsi tubuh yang lebih mendalam.

Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Pengobatan tradisional Bali seperti tertulis dalam lontar usadha tiwang terutama membahas tentang penyakit tiwang. Tiwang adalah salah penyakit tradisional Bali yang memiliki gejala yang mencakup rasa tidak nyaman pada tubuh, rasa sakit, kegelisahan, mata yang terlihat tidak normal, otot yang kaku, bahkan bisa menyebabkan pingsan.  

Jenis tiwang dicirikan berdasarkan gejala yang muncul, salah satu yang kita akan bahas yaitu Tiwang Mang. Tiwang mang adalah penyakit tradisional Bali yang memiliki gejala unik, yaitu mulut menganga dan kaku. Dalam pengobatannya, digunakan bahan-bahan alami seperti daun tuba jenu dan jangu. Cara pengobatannya dengan bahan obatnya ditumbuk lalu dipakai sebagai masker wajah. 

Pengobatan tradisional di Bali umumnya dilakukan oleh balian yang memiliki pengetahuan mendalam tentang metode pengobatan tradisional. Pengetahuan ini bisa diperoleh melalui berbagai cara, seperti turun-temurun dari keluarga sebelumnya, ilmu spiritual (taksu), pica (proses penyalinan ilmu), pembelajaran langsung atau nyastra, dan lain sebagainya. Balian Usada merupakan balian yang memiliki kemampuan pengobatan yang diperoleh melalui aktifitas belajar ilmu pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada Balian, maupun belajar sendiri melalui lontar usada.

Praktik pengobatan tradisional di Bali ini sering melibatkan penggunaan tumbuhan obat dan mantra-mantra. Mantra-mantra tersebut, yang disertai dengan sarana dan ritual pembersihan unsur abstrak, bertujuan untuk melindungi pasien secara psikologis dan memotivasi ketahanan batin agar terhindar dari bahaya. Mantra memiliki peran penting dalam pengobatan oleh para pengobat tradisional karena tanpanya, alat-alat atau sarana yang digunakan dianggap belum memiliki kekuatan supranatural dalam proses penyembuhan.  Seperti salah satu mantra “Ong kita saking campah, kaupatana, tiwang  asu, aku  akokon,  ong  teja-teja,  teka  luar,  3.  Ong  sanghyang  Indra  angleburaken  tiwang kabeh, tiwang bangke, tiwang asu, teka mati kita kabeh, ko sipok aku sipok, ong teja-teja teka  luar  3”. Mantra-mantra yang disertai dengan sarana dan ritual pembersihan unsur abstrak,  bertujuan  melindungi  pasien  secara  psikologis dan  memotivasi untuk ketahanan  bathin  agar  terhindar  dari  mara  bahaya  (fungsi  preventif,  promotif, rehabilitasif).

Sistim  pengobatan  tersebut  menggambarkan  hubungan  kompleks pengetahuan,  kepercayaan  dan  pemanfaatan,  yang  disebut  juga  sebagai  kompleks Corpus-Cosmos-Praxis.  Kompleksitas  tersebut  menggambarkan  bahwa,  praktik (praxis) pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan dilandasi oleh sistim kepercayaan yang  kuat  (cosmos)  dan  sistim  pengetahuan  (corpus) . Kondisi tersebut karena praktik pengobatan  tradisional Bali telah  berakar kuat dalam budaya masyarakat Bali,  sehingga  tidak  bisa  dipisahkan  dari kehidupan  sehari-hari.  Kondisi tersebut  karena  kebudayaan  Bali  dapat  dikatakan  terbentuk  dari  proses  interaksi manusia  Bali  dengan  lingkungannya.

Dalam  kosmologi  orang  Bali,  lingkungan dibedakan  atas  dua  macam  yakni  lingkungan  sekala  (nyata)  dan  lingkungan niskala (tidak  nyata).  Lingkungan  sekala  meliputi  lingkungan  sosial  (masyarakat)  dan lingkungan  fisik  (alam  sekitarnya).  Sedangkan  lingkungan  niskala  merupakan lingkungan spiritual yang dihuni oleh  kekuatan-kekuatan  supranatural atau adikodrati yang  diyakini  dapat  menimbulkan  pengaruh  positif  maupun  negatif  terhadap kehidupan  manusia. Ekspresi dari interaksi antara  orang  Bali dengan  lingkungan  spiritual  (niskala) melahirkan  sistem  religi  lokal atau  “agama  Bali”  yang  di  dalamnya  mencakup  emosi  atau  sentimen  keagamaan, konsepsi  tentang  kekuatan-kekuatan  dan  mahluk-mahluk  gaib,  upacara  ritual keagamaan, fasilitas keagamaan, kelompok atau komunitas keagamaan.

Hal tersebut sesuai dengan konsep pelayanan kesehatan tradisional Bali yakni; (1) gangguan kesehatan individu disebabkan oleh ketidakseimbangan/harmoni bhuana alit  (tubuh  manusia)  dengan  bhuana  agung  (lingkungan  alam  semesta),  unsur  fisik, mental,  sosial,  spiritual,  dan  budaya;  (2)  manusia  memiliki  kemampuan  beradaptasi dan  penyembuhan  diri  sendiri  (self  healing);  (3)  penyehatan  dilakukan  dengan pendekatan holistik (menyeluruh) dan alamiah yang bertujuan untuk menyeimbangkan kembali antara kemampuan adaptasi dengan penyebab gangguan Kesehatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa terdapat tiga karakteristik penting dalam pengobatan tradisional yang membuat pasien percaya pada metode ini. Pertama, keyakinan bahwa kehidupan adalah sebuah kesatuan antara tubuh, emosi, pikiran, dan roh atau jiwa, dan kesehatan merupakan keseimbangan antara aspek-aspek ini dalam tubuh manusia dengan lingkungannya. Penyakit akan timbul ketika terjadi ketidakseimbangan antara fisik, emosional, mental, atau spiritual. Kedua, pengobatan tradisional menggunakan pendekatan holistik dalam diagnosis dan tindakan, sehingga tidak hanya melihat bagian per bagian tubuh secara terpisah. Ketiga, pengobatan tradisional sangat individualistik, di mana tindakan yang diambil dapat berbeda-beda antara individu meskipun mereka memiliki penyakit yang sama.

Daun Tuba Jenu (Sumber Photo: Koleksi Redaksi)

Selain dapat mengobati penyakit TIwang Mang, Tumbuhan tuba adalah tumbuhan yang biasanya tumbuh di lingkungan yang tidak terlalu kering, sering ditemukan di tepi hutan dan pinggir sungai di hutan tropis. Morfologi tanaman ini menggambarkan dirinya sebagai liana atau tumbuhan merambat dengan batang yang dapat mencapai panjang 5-10 meter. Batangnya berkayu dan memiliki cabang monopodial. Bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan adalah akarnya karena mengandung senyawa rotenone (C23H22O6), yang merupakan senyawa aktif yang digunakan untuk membunuh hama tanaman dan ikan liar.

Dengan pemahaman ini, pengobatan tradisional tidak hanya dipandang sebagai upaya penyembuhan fisik semata, melainkan juga sebagai metode yang merangkul aspek-aspek sosial, budaya, dan spiritual dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan individu. Ini adalah gambaran lengkap tentang bagaimana pengobatan tradisional di Bali memiliki peran yang tak tergantikan dalam masyarakat, menjaga kearifan lokal dan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.