Parasurama: Dewa Wisnu dalam Wujud Brahmana, Sang Penakluk Kaum Ksatria

Kisah perjalanan hidup sang Parasurama. Parasurama adalah seorang Avatara dari Dewa Wisnu, ia hidup pada zaman Treta Yuga, dimana pada zaman ini merupakan zaman keemasan para Ksatria. Pada zaman ini banyak ksatria yang berebut harta dan kekuasaan, suka berperang, dan menindas kaum yang lemah, Parasurama yang merupakan seorang Brahmana dan keturunan Rsi Bregu merasa muak, ia memiliki tekad untuk menghancurkan ketidakadilan yang dilakukan oleh para Ksatria dan mengembalikan kedamaian dunia.

Nov 3, 2025 - 14:00
Nov 20, 2024 - 18:18
Parasurama: Dewa Wisnu dalam Wujud Brahmana, Sang Penakluk Kaum Ksatria
Parasurama Berada di Medan Pertempuran (Sumber: Koleksi Pribadi)

Parasurama, atau Rama Parasu yang dikenal sebagai Rama yang bersenjata kapak, adalah awatara ke-enam dari Dewa Wisnu dalam agama Hindu. Ia lahir sebagai putra bungsu dari Rsi Jamadagni dan Renuka. Jamadagni adalah seorang Rsi keturunan Bregu, dan karena itu, Parasurama juga dikenal dengan julukan Bhargawa.

Ketika lahir, Rsi Jamadagni memberi nama anak bungsunya "Rama" sebagai simbol harapan dan potensi besar. Setelah dewasa, Rama dikenal luas dengan julukan Parasurama karena kebiasaannya membawa kapak yang melambangkan kekuatan dan keterampilan.

 
Gambar Rsi Jamadagni dan Renuka Menggendong Parasurama Kecil (Sumber: Koleksi Pribadi)

Saat muda, Parasurama pernah membunuh ibunya sendiri, Renuka. Hal ini disebabkan karena kesalahan Renuka dalam melayani kebutuhan Jamadagni, sehingga menyebabkan suaminya itu marah. Jamadagni kemudian memerintahkan putra-putranya supaya membunuh ibu mereka tersebut, dengan janji akan mengabulkan apa pun permintaan mereka. Meskipun demikian, sebagai seorang anak, putra-putra Jamadagni, kecuali Parasurama, tidak ada yang bersedia melakukannya. Jamadagni semakin marah dan mengutuk mereka menjadi batu. Sebagai putra termuda dan cerdas, Parasurama bersedia membunuh Ibunya, Renuka, Setelah itu, ia menagih janji, meminta agar Jamadagni menghidupkan kembali Renuka dan mengembalikan keempat kakaknya ke wujud manusia. Jamadagni merasa bangga, memenuhi semua permintaan Parasurama. 

Parasurama Dalam Medan Pertempuran (Sumber: Koleksi Pribadi)

Pada masa kehidupan Parasurama, kaum Kesatria yang seharusnya melindungi kaum lemah justru sering berperang demi kekuasaan dan harta. Atas perintah ayahnya, Jamadagni, Parasurama bangkit untuk menumpas kaum Kesatria demi memulihkan ketentraman  dunia, karena jika dibiarkan, mereka akan terus mengacaukan perdamaian.

Penyebab utama Parasurama bertekad menumpas habis kaum Ksatria adalah karena perbuatan Raja Kerajaan Hehaya bernama Kartawirya Arjuna yang telah merampas sapi milik Jamadagni, selain itu juga ia sering berbuat semena mena kepada rakyat. Parasurama marah dan membunuhnya.

Namun pada kesempatan berikutnya, anak Kartawirya Arjuna membalas dendam dengan cara membunuh Jamadagni. Kematian Jamadagni inilah yang menambah besar rasa benci Parasurama kepada seluruh golongan kesatria.

Parasurama melakukan perjalanan menumpas kaum kesatria sebanyak 21 kali. Ia mengelilingi dunia sampai tiga kali dan mengadakan upacara pengorbanan suci di suatu tempat bernama Samantapancaka. Kelak pada zaman berikutnya, tempat tersebut terkenal dengan nama Kurukshetra dan dianggap sebagai tanah suci yang menjadi ajang perang saudara besar-besaran antara keluarga Pandawa dan Kurawa.

Meskipun jumlah kesatria yang mati dibunuh Parasurama tidak terhitung banyaknya, tetapi tetap saja masih ada yang tersisa hidup. Antara lain dari Wangsa Surya yang berkuasa di Ayodhya, Kerajaan Kosala salah seorang keturunan wangsa tersebut adalah Sri Rama putra Dasarata yang juga merupakan Awatara ke-7 dari Dewa Wisnu.

Pada suatu hari, Sri Rama berhasil meraih kemenangan dalam sebuah sayembara yang diadakan di Kerajaan Mithila, sebuah negeri yang dipimpin oleh Raja Janaka. Sayembara ini dilakukan untuk mencari calon Suami yang layak untuk putri dari Raja Janaka, putri yang terkenal akan kecantikan dan keanggunan nya, Sita. Sayembara yang digelar ini merupakan ujian berat yang melibatkan busur pusaka pemberian Dewa Siwa, hanya orang terpilih dan pantas lah yang bisa mengangkat busur tersebut. Dalam kompetisi tersebut, banyak penantang dari berbagai belahan negeri berusaha sekuat tenaga untuk membentangkan busur tersebut, namun diantara sekian banyak pesaing yang tangguh dan kuat, hanya Sri Rama lah yang mampu, tidak hanya mengangkat dan menembakan busur tersebut dengan mudah, tetapi juga mematahkannya.

Suara gemuruh akibat patahnya busur Siwa sampai terdengar oleh Parasurama di pertapaannya. Ia pun mendatangi istana Mithila untuk menantang Rama yang dianggapnya telah berbuat lancang. Sri Rama dengan lembut hati berhasil meredakan kemarahan Parasurama yang kemudian kembali pulang ke pertapaannya. Ini merupakan peristiwa bertemunya sesama awatara Dewa Wisnu, karena saat itu Wisnu telah menjelma kembali sebagai Rama sedangkan Parasurama sendiri masih hidup. Peran Parasurama sebagai awatara Wisnu saat itu telah berakhir namun sebagai seorang Ciranjiwin, ia hidup abadi.

Pada zaman selanjutnya, yaitu zaman Dwaparayuga Dewa Wisnu terlahir kembali sebagai awatara ke-8 nya yaitu Krisna, Krisna lahir sebagai putra dari Basudewa dan Dewaki. Namun karena orangtua kandung Krisna yaitu Basudewa dan Dewaki dijebloskan ke penjara oleh Raja Kamsa, Krisna di titipkan kepada sepasang pengembala bernama Yasoda dan Nanda. Yasoda dan Nanda sangat menyayangi Krisna, mereka merawat Krisna seperti anak sendiri, Krisna juga memiliki seorang kakak bernama Balarama atau sering dipanggil Balaram.

Pada zaman Dwaparayuga, Parasurama menjadi guru dari Raja Angga Karna, yang merupakan sepupu dari Krisna. Karna yang sebenarnya adalah kaum Ksatria, yang sangat di benci oleh Parasurama, memilih untuk menyamar menjadi kaum Brahmana untuk bisa menjadi murid dari Parasurama dan mendapat kesaktiannya.

Setelah mengajarkan berbagai ilmu kesaktian, barulah Parasurama mengetahui kalau Karna berasal dari kaum kesatria. Ia pun mengutuk Karna akan lupa terhadap semua ilmu kesaktian yang pernah dipelajarinya. Pada saat pertempuran terakhirnya, kutukan tersebut menjadi kenyataan, ketika Karna berhadapan dengan adiknya sendiri yang bernama Arjuna dalam perang di Kurukshetra

Ilustrasi Parasurama Bertapa di Pegunungan (Sumber: Koleksi Pribadi)

Parasurama diyakini masih hidup sampai sekarang. Konon saat ini ia sedang bertapa mengasingkan diri di puncak gunung, atau di dalam hutan belantara.

Files